Jika Anda sudah sering
menjumpai berbagai peninggalan candi di tanah Jawa, sudah tahukah Anda
tentang salah satu peninggalan candi di tanah Sumatera? Candi Portibi
atau Candi Bahal atau BiaroBahal terletak di kabupaten Tapanuli Selatan,
tepatnya dikecamatan Padang Bolak. Letak candi ini berada di sekitar
400 km dari kota Medan. Tidak banyak yang mengetahui tentang candi
terpencil ini, karena letaknya yang dikelilingi lahan persawahan dan
sangat jauh dari pusat kota.
Komplek candi ini berdiri megah di tepi sungai Batang Pane. Namun kemegahan berdirinya candi ini tidak kalah dengan candi-candi lain yang berada di tanah Jawa. Nama-nama candi ini diambil dari desa tempat candi ini berdiri, Bahal, dan nama Portibi adalah bahasa Batak yang berarti dunia atau bumi. Portibi juga merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta yaitu Pertiwi, yang berarti dewi Bumi. Sedangkan Biaro Bahal berasal dari bahasa setempat, yang mana biaro berarti komplek candi. Selain itu, warga setempat juga menyebut komplek candi ini sebagai Candi Padang Lawas yang dalam bahasa setempat berarti Candi di Padang Luas, karena posisi komplek candi yang berada di tengah-tengah lahan persawahan yang luas.
Komplek Candi Portibi atau Candi Bahal adalah komplek candi terluas yang
dimiliki provinsi Sumatera Utara, yang mana di dalamnya terdapat
komplek Candi Bahal I, Candi Bahal II, dan Candi Bahal III.
Masing-masing komplek candi tersebut terpisah sejauh 500 m. Tak jauh
dari komplek Candi Portibi, Anda bisa menemukan komplek candi lain yaitu
komplek Candi Pulo.
Komplek candi ini berdiri megah di tepi sungai Batang Pane. Namun kemegahan berdirinya candi ini tidak kalah dengan candi-candi lain yang berada di tanah Jawa. Nama-nama candi ini diambil dari desa tempat candi ini berdiri, Bahal, dan nama Portibi adalah bahasa Batak yang berarti dunia atau bumi. Portibi juga merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta yaitu Pertiwi, yang berarti dewi Bumi. Sedangkan Biaro Bahal berasal dari bahasa setempat, yang mana biaro berarti komplek candi. Selain itu, warga setempat juga menyebut komplek candi ini sebagai Candi Padang Lawas yang dalam bahasa setempat berarti Candi di Padang Luas, karena posisi komplek candi yang berada di tengah-tengah lahan persawahan yang luas.
Semua bangunan candi di sini terbuat dari bata merah, hanya arca-arcanya
saja yang terbuat dari batu keras. Candi Portibi adalah candi berlatar
belakang agama Budha tepatnya dari aliran Vajrayana. Diperkirakan Candi Portibi
dibangun pada abad ke-7, dan satu zaman dengan dibangunnya Candi Muara
Takus di Riau. Candi ini dibangun atas perintah dari Raja Tamil Hindu
Siwa di India Selatan pada masa itu, Raja Rajendra Cola. Pada
masing-masing komplek Candi terdapat sebuah pagar bata yang
mengelilinginya, setinggi dan setebal 1 m. Masing-masing komplek candi
memiliki bangunan candi utama yang berdiri menjulang paling tinggi.
Komplek Candi Bahal I adalah yang paling luas dibanding komplek Candi
Bahal lainnya, yaitu memiliki lahan komplek candi seluas 3 km persegi.
Bangunan utama candinya terletak di tengah-tengah lahan, dan memiliki
denah bangunan berupa persegi dengan ukuran 7 m x 7 m. Bangunan yang
menghadap ke arah timur ini memiliki sepasang kepala makara pada pangkal
tangga, serta ukiran berbentuk orang dalam posisi yang berbeda-beda
pada dinding bangunan sebelah utara dan selatan. Ada juga sebuah ukiran
raksasa yang sedang duduk pada sisi timur bangunan candi. Bangunan candi
ini beratap stupa berbentuk silinder dengan pahatan bunga teratai yang
menghiasi tepian atap; ciri khas dari candi bercorak Budha.
Komplek Candi Bahal II memiliki bangunan utama candi yang lebih kecil
jika dibandingkan dengan Candi Bahal I. Bangunan utama candi di sini
memiliki denah persegi dengan luas 6 m persegi pada tatakan candi, dan
luas 5 m persegi pada kaki candi. Sama dengan bangunan utama candi Bahal
I, pada pangkal tangga terdapat sepasang kepala makara dengan mulut
yang terbuka. Pada Candi Bahal II ini, ditemukan arca Heruka,
satu-satunya arca sejenis yang ditemukan di Indonesia.
Bentuk arca ini sedikit seram dengan gambar setumpuk tengkorak di mana ada raksasa yang sedang menari-nari di atas mayat. Arca ini mungkin menjadi gambaran dari ajaran Vajrayana, tepatnya upacara Tantrayana yang berhubungan dengan minuman keras dan mayat. Upacara Bhairawa juga merupakan salah satu ajaran dari aliran ini, yang mana dalam upacara ini mayat-mayat ditumpuk di atas ksetra, yaitu lapangan untuk menimbun mayat sebelum mayat-mayat tersebut dibakar. Upacara lalu berisi semedi, tari-tarian, merapalkan mantra, meminum darah, membakar mayat dan tertawa-tawa sambil mendengus seperti kerbau. Upacara ini dipercaya pengikut Vajrayana dapat membawa kekayaan, kekebalan, keperkasaan, panjang umur, menyembuhkan yang sakit, bahkan kemampuan menghilang. Bangunan utama candi di sini tidak beratap stupa silinder, melainkan limas yang puncaknya berbentuk persegi.
Bentuk arca ini sedikit seram dengan gambar setumpuk tengkorak di mana ada raksasa yang sedang menari-nari di atas mayat. Arca ini mungkin menjadi gambaran dari ajaran Vajrayana, tepatnya upacara Tantrayana yang berhubungan dengan minuman keras dan mayat. Upacara Bhairawa juga merupakan salah satu ajaran dari aliran ini, yang mana dalam upacara ini mayat-mayat ditumpuk di atas ksetra, yaitu lapangan untuk menimbun mayat sebelum mayat-mayat tersebut dibakar. Upacara lalu berisi semedi, tari-tarian, merapalkan mantra, meminum darah, membakar mayat dan tertawa-tawa sambil mendengus seperti kerbau. Upacara ini dipercaya pengikut Vajrayana dapat membawa kekayaan, kekebalan, keperkasaan, panjang umur, menyembuhkan yang sakit, bahkan kemampuan menghilang. Bangunan utama candi di sini tidak beratap stupa silinder, melainkan limas yang puncaknya berbentuk persegi.
Sedangkan komplek Candi Bahal III memiliki struktur bangunan utama candi
yang mirip dengan di Candi Bahal II. Untuk menuju ke sini, Anda harus
melewati perumahan penduduk setempat dan pematang sawah.
Candi Portibi memiliki daya tarik yang cantik, dengan kondisi
sekelilingnya yang sejuk dan asri, namun sayang tidak didukung oleh
pemeliharaan pemerintah setempat. Kondisi Candi Portibi terlihat tidak
terawat, kumuh, dengan kesan dibiarkan saja oleh pemerintah setempat.
Padahal candi ini merupakan peninggalan bersejarah yang juga merupakan
aset negara, sekaligus menjadi bagian kebudayaan dari Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar